Menghadapi Rasa Sakit dan Kehilangan dengan Penuh Kebijaksanaan

Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Terkadang, kita mengalami luka dan kehilangan yang begitu dalam sehingga sulit untuk pulih. Namun, dalam perjalanan hidup ini, aku belajar untuk menerima keadaan dengan penuh kebijaksanaan. Aku pernah mengalami luka-luka yang menghancurkan sebagian hidupku. Namun, aku memilih untuk tidak membenci siapapun yang telah menyakitiku. Aku menyadari bahwa dendam tidak akan membawa kebaikan apapun. Sejauh ini, aku tidak pernah menyesali kehadiran seseorang seperti dirimu di hidupku. Meskipun hubungan kita berakhir dengan luka yang panjang, aku tidak akan menyesal karena aku mencintaimu dengan tulus. Kamu meninggalkanku dan meminta maaf. Maaf selalu bisa menjadi jalan bagi manusia untuk melepaskan rasa bersalah. Namun, luka tidak semudah itu disembuhkan. Aku bisa saja memaafkanmu setiap kali kamu mencintai padaku, namun bagaimana dengan luka yang mungkin akan aku rasakan seumur hidup? Sungguh, aku berharap semuanya segera pulih, tanpa harus ada kata sedih dan penyesalan. Kehilanganmu adalah luka yang sengaja aku cintai, karena ternyata cintaku lebih dalam dibandingkan badai yang harus aku hadapi. Namun, apakah kamu? Aku selalu bertanya-tanya kapan hari itu tiba, hari di mana semua tentangmu sudah terasa biasa saja di hidupku. Namamu yang selalu aku semogakan, sudah tidak pernah ada dalam doa-doaku yang lapang. Pun rasa sakit yang kamu ciptakan, sudah tidak terasa lagi peribadinya. Aku melepaskan hati-hatiku yang terikat tanpa ada lagi ingatan yang berisi tentangmu. Sebab aku menyadari bahwa menunggu kepulanganmu sudah tidak mungkin untuk aku lakukan. Oleh karena itu, bisakah kita abadi sebagai kisah yang tidak pernah tertulis? Di bagian semesta yang lain, aku tahu bahwa kamu tengah merayakan kebahagiaanmu dengan kekasihmu yang baru. Sementara di sini, aku sibuk mencari kesembuhan pada hal-hal yang sulit untuk disembuhkan. Bukankah takdir selalu ingin mengantarkan kita pada kebahagiaan yang sejati? Meskipun banyak alasan untuk kita bertahan, namun jika kita tidak pernah ada dalam rencana-Nya, perpisahan selalu menjadi jawaban yang paling nyata. Tidak apa, meski hanya aku saja yang terluka dalam kisah ini, setidaknya Tuhan masih memberikanmu jalan untuk lebih bahagia. Terakhir, terima kasih ya. Sebab kamu pernah mencintaiku dengan sangat indah.