Suntikan Ketakutan, Pelukan Persahabatan **

Ria terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi keningnya. Shani, sang kakak, duduk di sampingnya, tangannya menggenggam erat tangan Ria. Mata Ria berkaca-kaca, bibirnya gemetar. "Kak, aku takut disuntik," lirihnya, suaranya nyaris tak terdengar. Shani tahu betapa Ria takut dengan jarum suntik. Trauma masa kecilnya masih menghantuinya. Shani berusaha menenangkan Ria, "Tenang, Ria. Dokter akan menyuntikmu dengan cepat. Nanti Kakak pegang tanganmu, ya." Namun, saat dokter dan suster mendekat, Ria semakin panik. Tangisnya pecah, tubuhnya meronta-ronta. Shani berusaha menahannya, namun Ria terlalu kuat. Shani merasa putus asa. Ia tak ingin melihat adiknya menderita, tapi ia juga tak bisa memaksa Ria. Tiba-tiba, ponsel Shani berdering. Itu Gracia, sahabatnya. Shani menceritakan kondisi Ria. Gracia langsung berjanji akan datang ke rumah sakit bersama Feni dan Anin. Tak lama kemudian, Gracia, Feni, dan Anin tiba. Mereka langsung menghampiri Ria, menenangkannya dengan kata-kata lembut dan pelukan hangat. Ria yang tadinya meronta-ronta, perlahan tenang. Ia merasa terlindungi oleh sahabat-sahabatnya. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya, Ria akhirnya mau disuntik. Shani merasa lega. Ia bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang selalu ada untuknya dan Ria. Sahabat-sahabatnya bukan hanya teman bermain, tapi juga keluarga yang selalu siap membantu di saat-saat sulit. Emosi dan Wawasan:** Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya persahabatan. Sahabat sejati adalah orang-orang yang selalu ada untuk kita, baik dalam suka maupun duka. Mereka memberikan dukungan dan kekuatan yang tak ternilai harganya. Persahabatan adalah harta yang tak ternilai harganya, yang harus kita jaga dan rawat dengan baik.