Akulturasi Simbol Hindu dan Buddha dalam Arsitektur dan Seni Islam di Indonesi

Pendahuluan: Akulturasi simbol-simbol Hindu dan Buddha dalam arsitektur dan seni Islam di Indonesia adalah fenomena yang menarik. Hal ini terlihat dari penggunaan bentuk menara, gerbang, dan pancuran/padasan wudu yang melambangkan jalan Buddha. Selain itu, ada juga larangan penyembelihan sapi untuk dijadikan hewan kurban sebagai bentuk penghormatan terhadap penganut agama Hindu.

Bagian:

① Sunan Bonang: Sunan Bonang, atau Raden Maulana Makdum Ibrahim, adalah seorang seniman yang menciptakan gending Jawa, Bonang dan Durma. Ia wafat dan dimakamkan di Tuban pada tahun 1525 M.

② Sunan Kalijaga: Sunan Kalijaga, atau Raden Said, awalnya seorang tumenggung Majapahit yang masuk Islam karena pengaruh Sunan Bonang. Dalam menyebarkan agama Islam, ia memanfaatkan media wayang yang sudah sangat dikenal masyarakat. Cerita-cerita dalam Mahabharata dan Ramayana disadur dengan memasukkan unsur Islam. Pendekatan ini terbukti efektif. Sunan Kalijaga juga mengenalkan tradisi acara Maulid atau tradisi Sekaten, yaitu peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad saw yang masih dilaksanakan oleh beberapa keraton di Jawa. Ia dimakamkan di Desa Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.

③ Sunan Muria: Sunan Muria, atau Raden Umar Said, adalah putra dari Sunan Kalijaga. Ia tinggal di kaki Gunung Muria, Jawa Tengah. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya. Namun, berbeda dari sang ayah, Sunan Muria...

Kesimpulan: Akulturasi simbol-simbol Hindu dan Buddha dalam arsitektur dan seni Islam di Indonesia merupakan bukti harmoni antara agama-agama yang ada di Indonesia. Fenomena ini dapat dilihat dari karya-karya seni dan arsitektur yang menggabungkan elemen-elemen dari berbagai agama.