2. Kopling flens tetap/kaku dibuat menggunakan bahan FC 30, poros SC 50, band S20C, dar passes digunakan untuk meneruskan daya lihat Tabel 1 pada putaran Lihat Tabel 1. Dalam bekerjanya kopling diperkirakan mengalami tumbukan ringan, beban lentur dan beban puntir __ bobot 50% Rencanakan : a. Diameter poros, dan pasak yang digunakan serta lakukan checking baik tidaknya rancangan pores can pasak yg direncanakan b. Dimensi flens kaku jumlah dan kekuatan baud yang digunakan Checking baik tidaknya rancangan.flem dan kekuatan baud yang direncanakan

Untuk merancang kopling flens tetap atau kaku, kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting seperti diameter poros, dimensi flens, jumlah dan kekuatan baut, serta memastikan bahwa semua elemen bekerja dengan baik dalam kondisi yang diberikan. Berikut adalah langkah-langkah untuk merencanakan dan memeriksa desain tersebut:

a. Diameter Poros dan Pasak

1. Diameter Poros (SC 50):
- SC 50 menunjukkan bahwa poros memiliki kekuatan tarik 50 ton/cm².
- Untuk menentukan diameter poros, kita perlu mengetahui momen lentur maksimum yang akan ditangani oleh kopling.
- Misalkan \( M \) adalah momen lentur maksimum, maka:
\[
M = \frac{\pi \cdot d^3 \cdot T}{16}
\]
Di mana \( d \) adalah diameter poros dan \( T \) adalah tegangan tarik maksimum.
- Dengan tegangan tarik maksimum sebesar 50 ton/cm², kita substitusi nilai \( T \) ke dalam persamaan untuk mendapatkan diameter poros yang sesuai.

2. Diameter Pasak (FC 30):
- FC 30 menunjukkan bahwa flens memiliki kekuatan tarik 30 ton/cm².
- Diameter pasak harus cukup besar untuk menahan beban lentur dan puntir tanpa mengalami kegagalan.
- Diameter pasak dapat dihitung dengan mempertimbangkan momen lentur yang sama seperti pada poros.

3. Checking Rancangan Poros dan Pasak:
- Setelah mendapatkan diameter poros dan pasak, kita periksa kembali dengan menggunakan tabel kekuatan material untuk memastikan bahwa kedua komponen tersebut dapat menahan beban yang diterapkan.
- Pastikan bahwa tegangan tarik pada kedua komponen tidak melebihi batas elastisitas mereka.

b. Dimensi Flens Kaku dan Kekuatan Baut

1. Dimensi Flens Kaku:
- Flens kaku biasanya dirancang dengan lebar dan ketebalan tertentu untuk memberikan dukungan struktural.
- Dimensi flens dapat dihitung berdasarkan momen lentur yang ditransmisikan melalui flens.
- Misalkan \( b \) adalah lebar flens dan \( t \) adalah ketebalan flens, maka:
\[
I = \frac{b \cdot t^3}{12}
\]
Di mana \( I \) adalah momen inersia flens.
- Dengan menggunakan persamaan momen lentur untuk flens:
\[
M = \frac{I \cdot c}{4}
\]
Di mana \( c \) adalah jarak dari sumbu netral ke serat terluar flens.

2. Jumlah dan Kekuatan Baut (S20C):
- S20C menunjukkan bahwa baut memiliki kekuatan tarik 20 ton/cm².
- Jumlah baut yang diperlukan dapat ditentukan berdasarkan gaya aksial yang harus ditahan.
- Misalkan \( F \) adalah gaya aksial total yang ditahan oleh baut, maka:
\[
n = \frac{F}{A}
\]
Di mana \( n \) adalah jumlah baut dan \( A \) adalah luas penampang satu baut.
- Dengan menggunakan kekuatan tarik maksimum baut, kita substitusi nilai \( A \) ke dalam persamaan untuk mendapatkan jumlah baut yang sesuai.

3. Checking Rancangan Flens dan Kekuatan Baut:
- Setelah mendapatkan dimensi flens dan jumlah serta kekuatan baut, kita periksa kembali dengan menggunakan tabel kekuatan material untuk memastikan bahwa kedua komponen tersebut dapat menahan beban yang diterapkan.
- Pastikan bahwa tegangan tarik pada kedua komponen tidak melebihi batas elastisitas mereka.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kita dapat merancang kopling flens tetap atau kaku yang sesuai dengan persyaratan teknis yang diberikan. Pastikan untuk selalu memeriksa kembali desain dengan menggunakan tabel kekuatan material untuk memastikan keamanan dan keandalan struktur yang dirancang.