I. Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur hubungan negara dan orang/badan hukum yang wajib untuk membayar pajak.Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan -peraturan yang mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui uang/kas negara. Pertanyaan 1. Jelaskan Apa yang Pengertian Pajak dan Hukum Pajak II 2. Sebutkan dan Jelaskan Sumber Hukum Pajak di Indonesia dan Fungsi Hukum Pajak, Serta berikan Contoh masing masing II Hukum Pajak Renponsif hukum yang melayani kebutuhan dan kepentingan sosial sebagai fasilitator pembuat Undang-Undang merepleksikan hal - hal yang terjadi di masyarakat dan mengedepankan keadilan substansial. Pertanyaan. 1. Jelaskan Apa yang dimaksud Azas dan Azas Hukum Pajak serta Berikan 3 (Tiga) Contoh Azas Hukum Pajak II 2. Sebutkan dan Jelaskan 3(Tiga |Hak dan 3(Tiga I Kewajiban Subjek Hukum Pajak. Dan berikan Contonya !

I. Hukum Pajak dan Pajak

1. Pengertian Pajak dan Hukum Pajak

* Pajak: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang penting untuk membiayai pembangunan dan pelayanan publik.

* Hukum Pajak: Hukum pajak adalah keseluruhan peraturan perundang-undangan dan kaidah hukum lainnya yang mengatur hubungan hukum antara negara (fiskus) dengan wajib pajak (orang pribadi atau badan hukum) dalam hal pengenaan, pemungutan, dan pengawasan pajak. Hukum pajak bertujuan untuk mengatur kewenangan negara dalam mengambil kekayaan rakyat untuk kepentingan umum dan memastikan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.


2. Sumber Hukum Pajak di Indonesia dan Fungsinya

Sumber hukum pajak di Indonesia bersifat hierarkis, artinya terdapat tingkatan-tingkatan yang saling berkaitan dan mengikat. Sumber-sumber tersebut antara lain:

* Undang-Undang (UU): Merupakan sumber hukum tertinggi dalam sistem hukum Indonesia. Contohnya adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Fungsi: Menentukan dasar hukum pengenaan pajak, jenis pajak, tarif pajak, dan prosedur perpajakan.

* Peraturan Pemerintah (PP): Dibuat oleh pemerintah untuk melaksanakan UU. Contohnya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pemeriksaan Pajak. Fungsi: Mendetailkan ketentuan dalam UU dan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pelaksanaan UU.

* Keputusan Menteri Keuangan (KMK): Dibuat oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan PP atau UU. Contohnya adalah Keputusan Menteri Keuangan tentang Tarif Pajak Penghasilan. Fungsi: Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan peraturan perpajakan.

* Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak (SE DJP): Dibuat oleh Direktur Jenderal Pajak untuk memberikan penjelasan dan petunjuk teknis pelaksanaan peraturan perpajakan. Fungsi: Memberikan klarifikasi dan pedoman dalam penerapan peraturan perpajakan.


Fungsi Hukum Pajak:

* Mengatur hubungan hukum antara negara dan wajib pajak: Menentukan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam proses perpajakan.
* Menjamin kepastian hukum: Memberikan kepastian hukum bagi negara dan wajib pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan.
* Menciptakan keadilan dan kesetaraan: Memastikan bahwa pajak dipungut secara adil dan merata kepada seluruh wajib pajak.
* Mendukung penerimaan negara: Memastikan penerimaan negara dari pajak tercukupi untuk membiayai pembangunan dan pelayanan publik.

II. Azas dan Hak serta Kewajiban Subjek Hukum Pajak

1. Azas Hukum Pajak

Azas hukum pajak adalah prinsip-prinsip dasar yang mendasari hukum pajak. Azas ini bertujuan untuk menciptakan sistem perpajakan yang adil, efektif, dan efisien. Berikut tiga contoh azas hukum pajak:

* Azas Fiskal: Azas ini menekankan pada tujuan utama pengenaan pajak, yaitu untuk memenuhi kebutuhan negara dalam membiayai pengeluaran negara. Contoh: Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk membiayai pembangunan infrastruktur.

* Azas Keadilan: Azas ini menekankan pada pembagian beban pajak yang adil dan merata di antara wajib pajak. Contoh: Penggunaan sistem tarif pajak progresif untuk Pajak Penghasilan (PPh) dimana semakin tinggi penghasilan, semakin tinggi pula tarif pajaknya.

* Azas Kepastian Hukum: Azas ini menekankan pada pentingnya kepastian hukum dalam sistem perpajakan, sehingga wajib pajak mengetahui hak dan kewajibannya dengan jelas. Contoh: Penerbitan peraturan perpajakan yang jelas dan mudah dipahami.


2. Hak dan Kewajiban Subjek Hukum Pajak

Subjek hukum pajak terdiri dari negara (fiskus) dan wajib pajak. Masing-masing memiliki hak dan kewajiban.

Hak Wajib Pajak:

* Hak untuk mendapatkan kepastian hukum: Wajib pajak berhak mendapatkan kepastian hukum dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Contoh: Wajib pajak berhak mengetahui dasar hukum pengenaan pajak dan prosedur perpajakan yang berlaku.
* Hak untuk mengajukan keberatan dan banding: Jika wajib pajak merasa keberatan atas tindakan fiskus, ia berhak mengajukan keberatan dan banding sesuai prosedur yang berlaku. Contoh: Wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan oleh fiskus.
* Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum: Wajib pajak berhak mendapatkan perlindungan hukum jika hak-haknya dilanggar oleh fiskus. Contoh: Wajib pajak dapat mengajukan gugatan ke pengadilan pajak jika merasa dirugikan oleh tindakan fiskus.

Kewajiban Wajib Pajak:

* Kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak: Wajib pajak berkewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh: Wajib pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak.
* Kewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT): Wajib pajak berkewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) dan SPT Masa PPN sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Contoh: Wajib pajak orang pribadi wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya.
* Kewajiban untuk membayar pajak: Wajib pajak berkewajiban untuk membayar pajak sesuai dengan jumlah yang terutang. Contoh: Wajib pajak harus membayar PPh sesuai dengan penghasilan yang diterimanya.


Semoga penjelasan ini bermanfaat. Ingatlah bahwa hukum pajak terus berkembang, sehingga selalu penting untuk merujuk pada peraturan perundang-undangan yang terbaru dan paling relevan.