4. Apa perbedaan bentuk negara serikat dengan republik terhadap aturan negara yang dibuat? Jawab: __ 5. Apa sanksi bagi pelanggar peraturan perundang-undangan? Jawab: __

4. Perbedaan Bentuk Negara Serikat dan Republik terhadap Aturan Negara yang Dibuat:

Perbedaan utama antara negara serikat (federal) dan republik terletak pada pembagian kekuasaan. Meskipun sebuah negara bisa sekaligus serikat *dan* republik (misalnya, Amerika Serikat), kedua konsep ini merujuk pada hal yang berbeda:

* Negara Serikat (Federal): Kekuasaan pemerintahan dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (negara bagian, provinsi, atau wilayah). Konstitusi atau perjanjian tertulis biasanya mendefinisikan secara jelas pembagian kekuasaan ini. Aturan negara dibuat baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dengan batasan-batasan yang ditentukan dalam konstitusi. Pemerintah pusat biasanya memiliki kekuasaan dalam hal pertahanan, kebijakan luar negeri, dan mata uang, sementara pemerintah daerah memiliki kekuasaan atas pendidikan, infrastruktur lokal, dan sebagainya. Konflik kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah diselesaikan melalui mekanisme yang tercantum dalam konstitusi.

* Republik: Bentuk pemerintahan di mana kepala negara (biasanya presiden atau presiden) dipilih oleh rakyat atau perwakilan rakyat, bukannya diwariskan secara turun-temurun. Aturan negara dibuat melalui proses legislatif yang melibatkan parlemen atau badan legislatif lainnya. Republik tidak secara langsung menentukan bagaimana kekuasaan dibagi antara pemerintah pusat dan daerah. Sebuah republik bisa berbentuk negara kesatuan (semua kekuasaan terpusat di pemerintah pusat) atau negara serikat (kekuasaan dibagi antara pusat dan daerah).


Singkatnya, bentuk negara serikat berkaitan dengan *distribusi geografis kekuasaan*, sedangkan republik berkaitan dengan *cara kepala negara dipilih*. Sebuah negara bisa menjadi republik kesatuan (misalnya, Perancis) atau republik serikat (misalnya, Amerika Serikat). Perbedaan ini memengaruhi *di mana* aturan negara dibuat (pusat atau daerah) dan *bagaimana* konflik kekuasaan diselesaikan.


5. Sanksi bagi Pelanggar Peraturan Perundang-undangan:

Sanksi bagi pelanggar peraturan perundang-undangan bervariasi tergantung pada jenis pelanggaran dan hukum yang dilanggar. Secara umum, sanksi dapat berupa:

* Sanksi Pidana: Meliputi hukuman penjara, denda, kerja sosial, atau kombinasi dari ketiganya. Tingkat keparahan hukuman bergantung pada tingkat kejahatan yang dilakukan.

* Sanksi Perdata: Meliputi pembayaran ganti rugi kepada pihak yang dirugikan, perintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (injunction), atau penyitaan aset. Sanksi ini biasanya diterapkan dalam kasus sengketa sipil.

* Sanksi Administratif: Meliputi peringatan, pencabutan izin, denda administratif, atau penutupan usaha. Sanksi ini biasanya diterapkan oleh lembaga pemerintah terkait.

* Sanksi Sosial: Meliputi stigma sosial, kehilangan reputasi, atau pengucilan dari masyarakat. Sanksi ini tidak formal tetapi dapat memiliki dampak yang signifikan.


Selain itu, beberapa pelanggaran dapat mengakibatkan kombinasi dari beberapa jenis sanksi di atas. Contohnya, seseorang yang melanggar hukum lalu lintas mungkin dikenakan denda (sanksi administratif dan pidana), sementara seseorang yang melakukan penipuan mungkin menghadapi hukuman penjara (sanksi pidana) dan kewajiban membayar ganti rugi kepada korban (sanksi perdata). Jenis dan tingkat keparahan sanksi ditentukan oleh pengadilan atau lembaga yang berwenang sesuai dengan hukum yang berlaku.