Capaian Pembelajaran Mata Kuliah: Menguasa i dan mengaplikasikan konsep teoretis dan filosofis pendidikan Agama Islam sebagai landasan menjadi manusia dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Jawablah pertanyaan di bawah ini yang jelas ! A. Soal Teori 1. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk besar berbagai suku dan agama. Mengacu pada redaksi saudara mengembangkan sikap toleran di tengah masyarakat dengan tetap konsisten terhadap akidah dan Jelaskan! Bobot : 5% Waktu Maksimal : 10 menit 2. Islam moderat selalu sikap toleransi, saling menghargai, dengan tetap meyakini kebenaran keyakinan agama dan mazhab pada redaksi tersebut ongedepanking bagaimana pendapat Agama dalam mewujudkan persatuar dan kesatuan bangsa, tanpa harus terlibat dalam aksi yang Jelaskan! Bobot : 5% | Waktu Maksimal : 10 menit 3. Dalam sebuah kasus , permohonan Itsbat Nikah pasangan suami-istri (nikah sirri)ke Pengadilan Agama ditolak karena ketidakabsahan wali hakim tersebut menurut hakim pengadilan. Wali nikah memiliki peran yang sangat krusial merupakar bagian dari rukun nikah yang berwenang menikahkan wanita muslimah. Merujuk pada kasus diatas, Apa yang dimaksud nikah sirri dan Itsbat nikah?Jelaskan! Bobot : 15% | Waktu Maksimal : 15 menit 4. Islam sangat mengharga i Ilmu pengetahuan yang membawa manfaat, baik ilmu yang berasal dari hasil penelitian terhadap al-Quran dan As-Sunnah maupun ilmu yang berasal dari hasil penelitian alam raya dan isinya. Mengacu pada redaksi tersebut bagaimana peranan akal dan wahyu dalam pengembangar ilmu pengetahuan ? Jelaskan! Bobot : 15% / Waktu Maksimal :15menit 5. Banyak orang berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik pula akhlaknya. Berdasarka n argumentasi di atas setujukah Anda dengan pandangan tersebut?? Jelaskan dengan disertai contoh -contoh yang mendukung jawaban Anda! Bobot : 10% I Waktu Maksimal : 10 menit

Jawaban Soal Teori Pendidikan Agama Islam

Berikut jawaban untuk soal teori Pendidikan Agama Islam, dengan penjelasan yang detail:

1. Sikap Toleran di Tengah Masyarakat Beragam (Bobot 5%, Waktu 10 menit)

Indonesia sebagai negara dengan keberagaman suku dan agama menuntut sikap toleransi yang tinggi. Sikap toleran di tengah masyarakat dapat dikembangkan dengan tetap konsisten terhadap akidah dengan cara:

* Memahami dan menghargai perbedaan: Menerima perbedaan keyakinan, budaya, dan tradisi sebagai kekayaan bangsa. Ini melibatkan upaya aktif untuk mempelajari dan memahami perspektif agama dan budaya lain.
* Berkomunikasi secara efektif: Membangun komunikasi yang terbuka dan saling menghormati dengan pemeluk agama lain. Menghindari ujaran kebencian dan prasangka.
* Kolaborasi dan kerja sama: Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang melibatkan berbagai kelompok agama. Ini memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan.
* Menjaga akidah dengan bijak: Keteguhan akidah tidak berarti menutup diri dari perbedaan. Justru, pemahaman agama yang mendalam akan memperkuat toleransi, karena kita memahami bahwa perbedaan adalah sunnatullah.
* Mencontohkan perilaku toleran: Menunjukkan sikap toleran dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, maupun masyarakat luas. Perilaku yang baik lebih efektif daripada sekadar ucapan.

Dengan demikian, toleransi bukan berarti mengabaikan keyakinan sendiri, melainkan menghargai perbedaan dan hidup berdampingan secara damai.


2. Islam Moderat dan Persatuan Bangsa (Bobot 5%, Waktu 10 menit)

Islam moderat berperan penting dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa tanpa anarkisme dengan menekankan:

* Menghindari ekstremisme: Menolak kekerasan dan tindakan anarkis atas nama agama. Islam moderat mengajarkan penyelesaian konflik secara damai dan dialogis.
* Saling menghargai: Menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan, baik di antara sesama muslim maupun dengan pemeluk agama lain.
* Berpegang pada Al-Quran dan Sunnah: Menggunakan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup yang menekankan kasih sayang, keadilan, dan perdamaian.
* Menjaga ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah: Membangun persaudaraan sesama muslim (ukhuwah Islamiyah) dan persaudaraan sesama bangsa (ukhuwah wathoniyah) sebagai pondasi persatuan.
* Berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara: Berkontribusi positif dalam pembangunan bangsa dan negara, sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).


3. Nikah Sirri dan Itsbat Nikah (Bobot 15%, Waktu 15 menit)

* Nikah Sirri: Nikah sirri adalah pernikahan yang dirahasiakan dari umum, tidak dicatat secara resmi oleh negara atau lembaga agama yang berwenang. Ketidakhadiran saksi dan ketidakjelasan status pernikahan ini sering menimbulkan masalah hukum dan sosial.

* Itsbat Nikah: Itsbat nikah adalah proses pengesahan pernikahan yang sebelumnya dilakukan secara sirri atau tidak tercatat secara resmi. Proses ini dilakukan di Pengadilan Agama untuk mendapatkan pengakuan hukum atas pernikahan tersebut. Penolakan permohonan itsbat nikah dalam kasus ini disebabkan oleh ketidakabsahan wali hakim, yang merupakan salah satu rukun nikah yang sah. Wali nikah yang sah memiliki peran krusial dalam memberikan izin dan restu pernikahan.


4. Peran Akal dan Wahyu dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Bobot 15%, Waktu 15 menit)

Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Peran akal dan wahyu dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah saling melengkapi:

* Wahyu: Sebagai sumber utama pengetahuan, wahyu (Al-Quran dan Sunnah) memberikan kerangka nilai, etika, dan tujuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Wahyu membimbing manusia untuk menggunakan akal dan ilmu pengetahuan untuk kebaikan umat manusia.

* Akal: Sebagai alat untuk memahami dan menafsirkan wahyu serta menggali pengetahuan alam. Akal digunakan untuk melakukan penelitian, observasi, dan eksperimen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Akal membantu manusia untuk menemukan dan memahami hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah SWT.

Keduanya harus seimbang. Akal tanpa wahyu dapat menyebabkan penyimpangan nilai dan etika, sementara wahyu tanpa akal dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan.


5. Pendidikan dan Akhlak (Bobot 10%, Waktu 10 menit)

Pendapat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik akhlaknya, tidak selalu benar. Tingkat pendidikan dan akhlak merupakan dua hal yang berbeda dan tidak selalu berkorelasi positif.

* Contoh yang mendukung: Banyak individu berpendidikan tinggi yang memiliki akhlak mulia, menunjukkan bahwa pendidikan dapat membentuk karakter positif.

* Contoh yang menentang: Ada juga individu berpendidikan tinggi yang berperilaku buruk, bahkan melakukan tindakan kriminal. Ini menunjukkan bahwa pendidikan semata tidak cukup untuk menjamin akhlak yang baik. Faktor lain seperti lingkungan keluarga, pendidikan agama, dan pengalaman hidup juga berperan penting dalam pembentukan akhlak.

Kesimpulannya, pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter, tetapi bukan satu-satunya faktor penentu akhlak. Pendidikan agama dan pembinaan karakter sejak dini sangat penting untuk membentuk individu yang berpendidikan tinggi dan berakhlak mulia.