1. Di awal tahun ini , Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres Legalisasi Industri Minuman Keras. Perpres itu memuat lampiran tentang pembukaan investasi untuk minuman keras. Sebagaimana diketahui, Peraturan (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal memicu polemik di masyarakat. SOAL Analisislah sistem politik dari kebijakan tersebut dengan pendekatan David Easton!

Analisis Kebijakan Legalisasi Industri Minuman Keras dengan Pendekatan David Easton

Pendekatan David Easton dalam ilmu politik memandang sistem politik sebagai suatu sistem yang menerima masukan (input), memprosesnya, dan menghasilkan keluaran (output). Masukan (input) dapat berupa tuntutan (demands) dan dukungan (supports) dari masyarakat, sedangkan keluaran (output) berupa kebijakan publik.

Dalam konteks Perpres Legalisasi Industri Minuman Keras, kita dapat menganalisisnya dengan pendekatan Easton sebagai berikut:

1. Masukan (Input):

* Tuntutan (Demands):
* Kelompok Pro: Mungkin berasal dari investor asing yang ingin menanamkan modal di industri minuman keras, pengusaha lokal yang ingin mengembangkan bisnis minuman keras, dan kelompok yang berpendapat bahwa legalisasi akan meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan kerja.
* Kelompok Kontra: Mungkin berasal dari kelompok masyarakat yang berpendapat bahwa legalisasi akan meningkatkan konsumsi minuman keras, berdampak negatif pada kesehatan dan moral masyarakat, serta bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya.
* Dukungan (Supports):
* Kelompok Pro: Mungkin berasal dari pemerintah yang melihat potensi ekonomi dari industri minuman keras, dan kelompok masyarakat yang mendukung kebebasan ekonomi dan hak individu untuk memilih.
* Kelompok Kontra: Mungkin berasal dari organisasi keagamaan, LSM, dan kelompok masyarakat yang peduli dengan dampak sosial dan kesehatan dari konsumsi minuman keras.

2. Proses (Process):

* Proses Politik: Perpres Legalisasi Industri Minuman Keras merupakan hasil dari proses politik yang melibatkan berbagai aktor, seperti pemerintah, parlemen, dan kelompok masyarakat. Proses ini melibatkan negosiasi, lobi, dan debat publik.
* Proses Pengambilan Keputusan: Pemerintah mengambil keputusan untuk mengeluarkan Perpres Legalisasi Industri Minuman Keras berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti potensi ekonomi, dampak sosial, dan nilai-nilai politik.

3. Keluaran (Output):

* Kebijakan Publik: Perpres Legalisasi Industri Minuman Keras merupakan kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan ini mengatur tentang investasi dan produksi minuman keras di Indonesia.

4. Umpan Balik (Feedback):

* Umpan Balik Positif: Jika kebijakan ini berhasil meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan kerja, maka akan mendapat dukungan dari masyarakat dan mendorong pemerintah untuk mempertahankan kebijakan tersebut.
* Umpan Balik Negatif: Jika kebijakan ini menimbulkan dampak negatif, seperti peningkatan konsumsi minuman keras dan masalah sosial, maka akan mendapat penolakan dari masyarakat dan mendorong pemerintah untuk merevisi atau mencabut kebijakan tersebut.

Kesimpulan:

Pendekatan David Easton membantu kita memahami sistem politik di balik kebijakan Legalisasi Industri Minuman Keras. Kebijakan ini merupakan hasil dari interaksi antara berbagai aktor politik dan kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan berbeda. Dampak dari kebijakan ini akan bergantung pada bagaimana masyarakat meresponnya dan bagaimana pemerintah merespon umpan balik dari masyarakat.

Catatan:

Analisis ini hanya memberikan gambaran umum tentang sistem politik di balik kebijakan Legalisasi Industri Minuman Keras. Untuk analisis yang lebih mendalam, diperlukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan data empiris dan analisis kualitatif.