Penyalahgunaar Wewenang' Dengan Penyalahguna an Kewenangan Pemberantasan Korupsi. Demikian pula dimuat dalam UU No 30 Tahun 2014 tentang Konsep penyalahgunaan wewenang diatur dalam Pasal 3 UU No 31 Tahun 1999 tentang Admini strasi Pemerintahan Detournement de pouvoir, juga dimuat dalam Pasal 53 ayat (2) hurub b UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara . Permasalahan hukumnya adalah apakah ada perbedaan nomenklatur antara pengertian 'penyalahgunaan wewenang' dengan 'penyalahgunaan kewenangan' yang digunakan pada masing -masing dari kedua perundang-undangan tersebut. Cara pandang penafsiran hermeneutika hukum terhadap arti-makna 'penyalahgunaan wewenang' di satu sisi dengan 'penyalahguna an kewenangan' di sisi yang lain adalah sangat krusial dan tentu harus dapat dilakukan. Penjelasan cara pandang hermeneutika tentu perlu dan penting bagi ilmu hukum sebagai tuntutan penalaran yang sahih disandingkan dengan penalaran lain seperti analisa 'legality and legitimacy pada suatu kerangka landasan berpikir hukum yang benar, adil berkemanfaatan dan berkepastian. Namun metode hermeneutika saat ini masih juga ditempatkan sebagai pilihan alternatif lain dalam penafsiran hukum atas dominasi metode - metode aliran positivisme yang pragmatic itu. Para ahli hukum atau hakim dalam melakukan interpretasi, maka ia wajib memahami dan menguasai fakta persoalan hukum yang ia tangani dari suatu peristiwa yang harus diadili ataupun muncul sebagai persoalan hukum. Seorang hakim/ahli huhkum tidak hanya harus mampu menginterpretasi teks yuridis, namun juga mampu menginterpretasi kenyataan yang menimbulkan masalah hukum. Sebagai contoh persoalan , adalah konsep wewenang' akan dijadikan uji analisis interpretasi untuk maksud menggambarkan situasi peran penting para pemangku kepentingan hukum menggunakan hermeneutika. Petunjuk Soal Tugas-3: Untuk menyelesaikan soal tugas yang diberikan ini, anda diberi kebebasan menentukan asumsi-asumsi yang relevan dengan pokok persoalan interpretasi. Pada Soal Tugas -3 berikut ini, Anda diberikan persoalan hukum yang menyangkut dapat menimbulkan perbedaan dalam penafsiran atas suatu kasus peristiwa, seperti perihal nomenklatur "wewenang" dengan "kewenangan". Untuk memberikan argumentasi atas jawaban soal, Anda dapat bebas berinterpretasi secara relevan berkaitan dengan faktor- faktor apa saja yang semestinya masuk dalam analisis terhadap persoalan tersebut. Mengacu pada soal kasus di atas, Anda diminta membuat analisis klasifikasi terhadap persoalan interpretasi nomenklatur 'penyalahgunaan wewenang' dengan 'penyalahgunaan kewenangan' dalam konteks I Detournement de pouvoir yang telah diberikan di atas menggunakan penafsiran pragmatic-systematic berikut dengan contoh konkrit peraturan perundangan terkaitnya I. (Max. 750 kata);

Analisis Klasifikasi Terhadap Persoalan Interpretasi Nomenklatur 'Penyalahgunaan Wewenang' dengan 'Penyalahgunaan Kewenangan'

Dalam konteks hukum, istilah 'penyalahgunaan wewenang' dan 'penyalahgunaan kewenangan' memiliki nuansa yang berbeda meskipun keduanya merujuk pada tindakan yang melampaui batas kekuasaan yang diberikan. Untuk memahami perbedaan ini, kita perlu merujuk pada prinsip-prinsip hermeneutika dan pendekatan pragmatic-systematic dalam penafsiran hukum.

1. Penyalahgunaan Wewenang

Penyalahgunaan wewenang, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Administrasi Pemerintahan, mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh pejabat publik yang melampaui batas wewenang yang diberikan oleh undang-undang. Dalam hal ini, wewenang adalah hak atau kekuasaan yang diberikan kepada pejabat untuk melakukan sesuatu dalam rangka menjalankan tugasnya. Penyalahgunaan terjadi ketika pejabat tersebut menggunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi atau merugikan pihak lain.

2.ahgunaan Kewenangan

Sedangkan penyalahgunaan kewenangan, yang dimuat dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, lebih menekankan pada pelanggaran terhadap kewajiban yang harus dilakukan oleh pejabat publik. Kewenangan di sini merujuk pada tanggung jawab atau tugas yang harus dipenuhi oleh pejabat. Penyalahgunaan terjadi ketika pejabat tersebut tidak memenuhi kewajibannya dengan cara yang tidak semestinya, misalnya dengan cara yang curang atau tidak jujur.

3. Pendekatan Hermeneutika

Hermeneutika adalah metode interpretasi yang menekankan pada pemahaman teks dan konteksnya. Dalam konteks hukum, hermeneutika digunakan untuk memahami makna dari peraturan perundang-undangan dalam situasi tertentu. Untuk menafsirkan 'penyalahgunaan wewenang' dan 'penyalahgunaan kewenangan', kita harus mempertimbangkan konteks sejarah, tujuan legislatif, dan praktik-praktik yang ada pada saat peraturan tersebut dibuat.

4. Pendekatan Pragmatic-Systematic

Pendekatan pragmatic-systematic dalam penafsiran hukum menggabungkan prinsip-prinsip pragmatisme dan sistematisasi. Pragmatisme menekankan pada hasil praktis dari interpretasi, sementara sistematisasi menekankan pada konsistensi dan logika dalam penerapan hukum. Dalam konteks ini, kita harus memastikan bahwa interpretasi dari 'penyalahgunaan wewenang' dan 'penyalahgunaan kewenangan' konsisten dengan prinsip-prinsip umum hukum dan tidak bertentangan dengan tujuan hukum yang lebih luas.

5. Contoh Konkrit

Sebagai contoh, dalam kasus suatu pejabat pemerintah yang menggunakan kekuasaannya untuk keuntungan pribadi, ini bisa dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang. Pejabat tersebut melampaui batas wewenang yang diberikan oleh undang-undang untuk kepentingan pribadi, yang bertentangan dengan prinsip keadilan dan kejujuran dalam pemerintahan.

Sebaliknya, jika seorang pejabat tidak menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cara yang curang atau tidak jujur, ini bisa dianggap sebagai penyalahgunaan kewenangan. Pejabat tersebut tidak memenuhi tanggung jawabnya sebagai pemegang kewenangan, yang dapat merugikan masyarakat dan menghambat jalannya pemerintahan.

Kesimpulan

Dalam menyelesaikan persoalan interpretasi nomenklatur 'penyalahgunaan wewenang' dan 'penyalahgunaan kewenangan', penting untuk menggunakan pendekatan hermene