2. Uraikan mengenai perjuangan rakyat Sunda.Kelaja Jawab: 3. Jabarkan mengenai perang Padhi Jawab: __ Jawab: __ Jawab: __

2. Uraikan mengenai perjuangan rakyat Sunda.

Perjuangan rakyat Sunda terhadap penjajahan memiliki sejarah panjang yang penuh dengan perlawanan dan keteguhan. Salah satu peristiwa penting dalam perjuangan ini adalah Pemberontakan Patimura pada tahun 1819. Pemberontakan ini dipimpin oleh Thomas Matulessy, seorang perantau asal Sunda yang bekerja di Ambon. Ketika Belanda mencoba mengintervensi kekuasaan lokal di Maluku, Matulessy mengumpulkan pasukan untuk melawan penjajah.

Selain itu, rakyat Sunda juga terlibat dalam berbagai perjuangan lainnya, seperti Perang Banda pada tahun 1621, di mana masyarakat Kepulauan Banda melawan monopoli rempah-rempah oleh VOC. Meskipun akhirnya kalah, perang ini menjadi simbol perlawanan terhadap eksploitasi kolonial.

Perjuangan rakyat Sunda tidak hanya terbatas pada pertempuran fisik tetapi juga melibatkan perlawanan pasif dan diplomasi. Mereka menggunakan berbagai strategi untuk menghindari kontrol kolonial dan mempertahankan identitas serta budaya mereka. Perjuangan ini mencerminkan semangat kebersamaan dan ketahanan yang luar biasa dari rakyat Sunda dalam menghadapi penjajahan.

3. Jabarkan mengenai perang Padri.

Perang Padri adalah konflik yang terjadi di Sumatra Barat dari tahun 1821 hingga 1837 antara kaum Adat (cenderamata) dan kaum Padri (ulama). Konflik ini dipicu oleh perbedaan pandangan tentang pembaruan Islam dan penerapan hukum syariah.

Kaum Padri, yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, berusaha menerapkan hukum Islam secara ketat dan memperbarui praktik keagamaan. Mereka menentang adat istiadat lokal yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Sementara itu, kaum Adat ingin mempertahankan tradisi dan kebiasaan lokal yang telah ada sebelumnya.

Perang ini dimulai ketika Kaum Padri mencoba mengubah struktur pemerintahan dan sosial di Minangkabau. Mereka mendirikan negara Islam di Bonjol dan menentang kekuasaan adat yang ada. Hal ini memicu ketegangan yang akhirnya memuncak menjadi perang terbuka.

Belanda, yang saat itu sedang menjajah wilayah tersebut, melihat peluang untuk menguasai Sumatra Barat. Mereka mendukung kaum Adat dalam perjuangan mereka melawan kaum Padri. Dengan bantuan teknologi dan kekuatan militer yang lebih unggul, Belanda berhasil mengalahkan kaum Padri.

Perang Padri berakhir dengan penangkapan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1837. Ia diasingkan ke Ternate dan kemudian dipindahkan ke Makassar, di mana ia meninggal. Perang ini meninggalkan jejak sejarah yang mendalam tentang perjuangan rakyat Sumatra Barat dalam menghadapi penjajahan dan perubahan sosial.