9. Salah satu elemen penting dalam peradilan adalah kesaksian. Seorang saksi dituntut untuk berkata jujur. Namun , seringkali untuk meyakinkan seluruh pihak, seorang saksi bersumpah bahwa apa yang dikatakannya adalah benar. Di sisi lain, beberapa orang yang tertuduh suatu perkara juga tidak segan-segan untuk bersumpah demi meyakinkan ketidakbersalahannya. Di beberapa tempat di Indonesia, dilakukan sumpah yang disebut "sumpah pocong", apa yang kamu ketahui tentang hal tersebut? Apakah hal tersebut diperbolehkan di dalam Islam? Kemukakan alasanmu! 10. Dalam beberapa kasus peradilan di Indonesia, ditemukan bahwa kegiatan peradilan justru menjadi celah kejahatan baru. Yaitu adanya hakim yang terbukti menerima suap dari terdakwa untuk dapat terbebas dari tuduhan dan hukuman. Berikan pendapatmu tentang terdakwa yang memberikan suap dan hakim yang menerima suap!

9. Sumpah Pocong adalah sebuah tradisi di beberapa daerah di Indonesia yang melibatkan seseorang yang bersumpah atas nama Allah SWT dengan cara membungkus diri dengan kain kafan (seperti pocong) sebelum mengucapkan sumpah. Tujuannya adalah untuk menegaskan kejujuran seseorang dalam suatu pernyataan atau untuk membuktikan ketidakbersalahannya. Sumpah ini dianggap memiliki konsekuensi yang sangat berat jika ternyata sumpah tersebut palsu, karena dianggap sebagai pengingkaran sumpah di hadapan Allah SWT.

Namun, sumpah pocong tidak diperbolehkan dalam Islam. Meskipun Islam mengajarkan pentingnya kejujuran dan kesaksian yang benar, sumpah pocong tidak memiliki dasar hukum dalam Al-Quran maupun Hadits. Beberapa alasan mengapa sumpah pocong tidak diperbolehkan adalah:

* Tidak ada dalil yang mendukungnya: Praktik ini tidak ditemukan dalam ajaran Islam yang sahih. Islam menekankan pentingnya sumpah yang dilakukan dengan cara yang sesuai dengan syariat, bukan dengan ritual-ritual yang tidak memiliki dasar agama.
* Potensi penyalahgunaan: Sumpah pocong dapat disalahgunakan untuk menekan seseorang agar mengaku bersalah meskipun sebenarnya tidak bersalah. Tekanan psikologis yang ditimbulkan dapat menyebabkan seseorang mengakui kesalahan yang tidak dilakukannya.
* Mengandung unsur takhayul: Praktik ini cenderung mengarah pada takhayul dan kepercayaan yang tidak berdasar pada ajaran Islam. Islam melarang takhayul dan menggantungkan diri pada hal-hal di luar ajaran agama.
* Tidak efektif sebagai bukti: Kejujuran seseorang tidak dapat diukur hanya dengan ritual sumpah pocong. Bukti-bukti yang sah dan sesuai dengan hukum harus tetap menjadi dasar dalam peradilan.


10. Terdakwa yang memberikan suap dan hakim yang menerima suap sama-sama melakukan tindakan yang sangat tercela dan melanggar hukum. Tindakan mereka merusak integritas sistem peradilan dan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum.

* Terdakwa yang memberikan suap: Tindakan ini menunjukkan ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan dan upaya untuk menghindari hukuman yang seharusnya diterima. Mereka mencoba untuk membeli keadilan, yang merupakan tindakan korup dan tidak adil. Mereka juga turut serta dalam merusak sistem peradilan dan merugikan masyarakat secara keseluruhan. Mereka harus dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

* Hakim yang menerima suap: Tindakan ini merupakan pengkhianatan terhadap amanah dan sumpah jabatan. Hakim seharusnya menegakkan keadilan dan hukum secara imparsial, namun dengan menerima suap, mereka telah menyalahgunakan wewenang dan melanggar hukum. Mereka telah merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan dan harus dihukum dengan hukuman yang setimpal, bahkan lebih berat mengingat posisi dan tanggung jawab mereka.

Kedua pihak tersebut sama-sama bertanggung jawab atas rusaknya sistem peradilan dan harus dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Perlu adanya upaya yang lebih serius untuk mencegah dan memberantas korupsi di lingkungan peradilan agar keadilan dapat ditegakkan secara benar dan masyarakat dapat memperoleh kepercayaan terhadap sistem peradilan.