2. Jelaskan mengapa muncul ketertarikan akademisi terhadap pendekatan kelembagaan, sehingga memunculkan pendekatan kelembagaan baru? 3. Di Korea Utara, masyarakat hanya dijadikan sebagai phiak yang pasil dan tidak berperan pada tindakan politik dan tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam pembuatan Kebijakan publik lebih merelleksikan kepentingan dan pemimpin negara dibanding kepentingan dan preferensi masyarakat. Derdasarkan kondisi tersebut pendekatan apa yang digunakan oleh pemimpin negara di Korea Utara dalam membuat kebijakan? Jelaskan alasan Anda, dengan menggunakan asumsi teoritik dari pendekatan tersebut!

Jawaban:

2. Ketertarikan Akademisi terhadap Pendekatan Kelembagaan

Ketertarikan akademisi terhadap pendekatan kelembagaan muncul karena beberapa faktor:

* Keterbatasan Pendekatan Tradisional: Pendekatan tradisional dalam ilmu politik, seperti behavioralisme, seringkali gagal menjelaskan fenomena politik yang kompleks, seperti kebijakan publik dan perilaku politik. Pendekatan ini terlalu fokus pada individu dan perilaku mereka, tanpa mempertimbangkan struktur dan institusi yang membentuk perilaku tersebut.
* Pentingnya Institusi: Institusi memainkan peran penting dalam membentuk perilaku politik dan hasil politik. Institusi menyediakan aturan, norma, dan struktur yang mengatur interaksi antar individu dan kelompok.
* Perubahan Global: Globalisasi dan integrasi ekonomi telah menyebabkan perubahan besar dalam struktur dan fungsi institusi di berbagai negara. Hal ini mendorong para akademisi untuk mempelajari bagaimana institusi beradaptasi dengan perubahan tersebut.
* Munculnya Pendekatan Baru: Pendekatan kelembagaan baru muncul sebagai respons terhadap keterbatasan pendekatan tradisional. Pendekatan ini menekankan peran institusi dalam membentuk perilaku politik dan hasil politik, serta bagaimana institusi beradaptasi dengan perubahan global.

3. Pendekatan Kelembagaan di Korea Utara

Berdasarkan kondisi yang Anda sebutkan, pemimpin negara di Korea Utara kemungkinan menggunakan pendekatan elitis dalam membuat kebijakan.

Alasan:

* Kekuasaan Terpusat: Pendekatan elitis berasumsi bahwa kekuasaan politik terpusat di tangan elit kecil yang mengendalikan negara. Dalam kasus Korea Utara, pemimpin negara memiliki kekuasaan absolut dan mengendalikan semua aspek kehidupan politik dan sosial.
* Masyarakat Pasif: Pendekatan elitis juga berasumsi bahwa masyarakat pasif dan tidak memiliki pengaruh signifikan dalam proses pengambilan keputusan. Di Korea Utara, masyarakat tidak memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik dan tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan publik.
* Kepentingan Elit: Pendekatan elitis menekankan bahwa kebijakan publik dirancang untuk melayani kepentingan elit, bukan kepentingan masyarakat. Di Korea Utara, kebijakan publik dirancang untuk memperkuat kekuasaan pemimpin negara dan mempertahankan sistem politik yang ada.

Asumsi Teoritik:

* Teori Elit: Teori elit, yang dikembangkan oleh sosiolog seperti Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca, berpendapat bahwa setiap masyarakat diatur oleh elit kecil yang mengendalikan sumber daya dan kekuasaan.
* Teori Kekuasaan: Teori kekuasaan, yang dikembangkan oleh sosiolog seperti Max Weber, berpendapat bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak seseorang pada orang lain, terlepas dari keinginan mereka.

Kesimpulan:

Pendekatan elitis memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana pemimpin negara di Korea Utara membuat kebijakan. Pendekatan ini menjelaskan mengapa masyarakat tidak memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan dan mengapa kebijakan publik dirancang untuk melayani kepentingan elit.