Perhatikan kutipan drama berikut! Marjuki: Ya, ampun. Protes model apa lagi ini Marni? Masa, seluruh rumah digambari begini? Aduh...aduuhh... gambar apa pula ini? (Memandang lebih saksama) Ya ampun, Marni ...Marni... saya pikir protes kamu sudah cukup. Tujuh hari mogok bicara, tiga hari tiga malam mogok makan dan tidak keluar kamar, eh masih ada lagi. Seluruh rumah digambari begini. Lukisan abstrak lagi. Soal protes dengan cara yang lain-lain itu, oke-lah. Ayah bisa terima. Tapi lukisan abstrak ini, saya keberatan. Melukis itu ada aturannya. Pertama orang harus melukis realisme, surealisme, kemudian yang lainlainnya, baru abstrak. Marni : Itu kuno. Marjuki: Apa salahnya kuno kalau baik? Marni : Apa salahnya modern kalau juga baik? Marjuki: Sudahlah Marni, jangan ajak ayah berdebat. Capek. Marni : Marni juga capek, makanya kemarin seminggu diam. Marjuki: Marni, sekali lagi ayah tegaskan. Ayah tidak melarang kamu pacaran. Ayah hanya tidak setuju dengan caramu. Kamu pacaran tidak kenal waktu. Pagi, siang, sore, malam. Itu satu. Kedua, ayah ingin kamu benar-benar memilih pemuda yang cocok. Apa konflik yang terjadi dalam kutipan drama tersebut dan bagaimanakah watak tokoh Marni?

Question

Pertanyaan

Perhatikan kutipan drama berikut! Marjuki: Ya, ampun. Protes model apa lagi ini Marni? Masa, seluruh rumah digambari begini? Aduh...aduuhh... gambar apa pula ini? (Memandang lebih saksama) Ya ampun, Marni ...Marni... saya pikir protes kamu sudah cukup. Tujuh hari mogok bicara, tiga hari tiga malam mogok makan dan tidak keluar kamar, eh masih ada lagi. Seluruh rumah digambari begini. Lukisan abstrak lagi. Soal protes dengan cara yang lain-lain itu, oke-lah. Ayah bisa terima. Tapi lukisan abstrak ini, saya keberatan. Melukis itu ada aturannya. Pertama orang harus melukis realisme, surealisme, kemudian yang lainlainnya, baru abstrak. Marni : Itu kuno. Marjuki: Apa salahnya kuno kalau baik? Marni : Apa salahnya modern kalau juga baik? Marjuki: Sudahlah Marni, jangan ajak ayah berdebat. Capek. Marni : Marni juga capek, makanya kemarin seminggu diam. Marjuki: Marni, sekali lagi ayah tegaskan. Ayah tidak melarang kamu pacaran. Ayah hanya tidak setuju dengan caramu. Kamu pacaran tidak kenal waktu. Pagi, siang, sore, malam. Itu satu. Kedua, ayah ingin kamu benar-benar memilih pemuda yang cocok. Apa konflik yang terjadi dalam kutipan drama tersebut dan bagaimanakah watak tokoh Marni?

Tampilkan lebih banyak

Answer 1

Penjelasan:

Konflik dalam Kutipan Drama:

- Konflik yang terjadi dalam kutipan drama tersebut adalah konflik antara Marjuki dan Marni mengenai pandangan mereka terhadap seni, khususnya dalam hal lukisan abstrak.
- Marjuki menganggap bahwa lukisan abstrak tidak sesuai dengan aturan seni yang seharusnya dimulai dari realisme dan surealisme, sedangkan Marni memandang pandangan Marjuki sebagai kuno dan mengajukan argumen bahwa kesenian juga bisa modern.

Watak Tokoh Marni:

- Marni terlihat sebagai tokoh yang berani dan inovatif dalam pandangannya terhadap seni. Dia menantang pandangan tradisional yang dipegang oleh Marjuki, menunjukkan kepribadian yang tidak takut untuk berbeda dan menghadapi oposisi.
- Marni juga terlihat sebagai individu yang keras kepala, yang menunjukkan ketegasan dalam mempertahankan pandangannya meskipun bertentangan dengan pendapat ayahnya, Marjuki.

Jawaban:

Konflik yang terjadi adalah konflik antara pandangan tradisional Marjuki terhadap seni yang diwakili oleh lukisan realisme dan surealisme dengan pandangan modern Marni yang mempertahankan lukisan abstrak. Watak tokoh Marni adalah berani, inovatif, dan keras kepala dalam mempertahankan pandangannya terhadap seni yang berbeda dari pandangan tradisional ayahnya.

Pertanyaan

Jawaban

Pertanyaan Panas lebih