dan setelah pasca orde baru munculnya suatu regulasi baru yang di mana guna untuk meminamalisir kekurasan dimasa orde baru diantaranya 1. Sentralisasi Kekuasaan: Politik hukum sangat terpusat pada kekuasaan Presiden, di mana hukum sering digunakan untuk mempertahankan stabilitas dan legitimasi pemerintahan. 2 . Repressive Legalism:Penggunaan hukum sebagai alat untuk menekan oposisi politik, dengan adanya pembatasan terhadap kebebasan sipil dan hak asasi manusia. 3. Pluralisme Hukum : Munculnya berbagai sistem hukum dan yang lebih beragam,dengan partisipasi masyarakat dalam proses legislasi.yang Secara keseluruhan , perubahan besar terjadi dari pendekatan otoriter dan repressive pada masa Orde Baru menuju upaya demokratisasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia pasca Orde Baru.

Pasca Orde Baru di Indonesia, muncul berbagai regulasi untuk meminimalisir dampak negatif dari sentralisasi kekuasaan, legalisme represif, dan kurangnya pluralisme hukum yang terjadi pada masa Orde Baru. Regulasi-regulasi tersebut bertujuan untuk membangun sistem hukum yang lebih demokratis, menghormati hak asasi manusia, dan melibatkan partisipasi masyarakat.

Meskipun tidak mungkin untuk secara spesifik menyebutkan *semua* regulasi yang muncul, kita dapat mengidentifikasi beberapa area utama reformasi hukum dan contoh regulasi yang relevan:

1. Desentralisasi Kekuasaan: Reformasi pasca Orde Baru bertujuan untuk mengurangi sentralisasi kekuasaan yang berlebihan di tangan Presiden. Ini tercermin dalam:

* Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah: Undang-undang ini mendekatkan kekuasaan kepada rakyat melalui otonomi daerah, memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengatur dan mengelola wilayahnya. Revisi-revisi selanjutnya juga terus memperkuat otonomi daerah.
* Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah: Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari UU No. 22 Tahun 1999, memperkuat prinsip desentralisasi dan memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah.

2. Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM): Untuk mengatasi legalisme represif Orde Baru, dilakukan berbagai upaya untuk melindungi dan menegakkan HAM, termasuk:

* Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia: Undang-undang ini meratifikasi berbagai instrumen internasional HAM dan menetapkan standar perlindungan HAM di Indonesia.
* Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM): Komnas HAM berperan penting dalam mengawasi dan menyelidiki pelanggaran HAM, serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah.
* Berbagai peraturan perundang-undangan terkait kebebasan berekspresi, berkumpul, dan berpendapat: Regulasi ini bertujuan untuk menjamin hak-hak sipil dan politik warga negara.

3. Penguatan Pluralisme Hukum: Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses legislasi dan memperkuat pluralisme hukum tercermin dalam:

* Proses pembuatan undang-undang yang lebih partisipatif: Meskipun masih ada tantangan, terdapat upaya untuk melibatkan masyarakat sipil dan berbagai kelompok kepentingan dalam proses pembuatan undang-undang.
* Pengakuan dan perlindungan terhadap hukum adat: Upaya untuk menghargai dan mengintegrasikan hukum adat ke dalam sistem hukum nasional.


Perlu diingat bahwa proses reformasi hukum pasca Orde Baru masih terus berlangsung dan menghadapi berbagai tantangan. Implementasi regulasi-regulasi tersebut juga masih memerlukan peningkatan agar tujuan demokratisasi dan penghormatan HAM dapat terwujud secara optimal. Contoh tantangannya adalah masih adanya praktik korupsi, lemahnya penegakan hukum, dan kesenjangan akses keadilan.