4. Bagaimana posisi mubah dalam hukum Islam? Bagaimana suatu mubah bisa berubah menjadi haram? Jelaskan perilaku kerjasama yang dibolchkan dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah!

Posisi mubah dalam hukum Islam adalah sesuatu yang diperbolehkan (halal) dan tidak dilarang. Ia berada di antara halal dan haram, artinya tidak ada dalil syariat yang melarang maupun mewajibkannya. Status mubah ini bersifat relatif dan dapat berubah tergantung pada konteks, waktu, dan tempat. Sesuatu yang mubah bisa menjadi haram jika terdapat dalil syariat yang melarangnya.

Suatu perbuatan mubah bisa berubah menjadi haram karena beberapa faktor:

* Adanya larangan baru: Munculnya dalil syariat (Al-Quran, Hadits, Ijma' ulama, Qiyas) yang secara spesifik melarang perbuatan tersebut. Misalnya, suatu jenis makanan yang awalnya dianggap mubah, kemudian diketahui mengandung zat berbahaya bagi kesehatan, maka menjadi haram dikonsumsi.

* Terkait dengan kemaslahatan: Suatu perbuatan yang mubah bisa menjadi haram jika berpotensi menimbulkan mudharat (kerugian) yang besar bagi diri sendiri atau orang lain. Contohnya, berkendara dengan kecepatan tinggi di tempat ramai yang berpotensi menyebabkan kecelakaan, meskipun berkendara itu sendiri mubah.

* Niat dan tujuan: Perbuatan yang mubah bisa menjadi haram jika dilakukan dengan niat yang buruk atau tujuan yang terlarang. Misalnya, mendengarkan musik yang mubah bisa menjadi haram jika dilakukan untuk tujuan maksiat seperti mengabaikan sholat atau melanggar adab.

* Waktu dan tempat: Suatu perbuatan yang mubah di satu waktu atau tempat bisa menjadi haram di waktu atau tempat lain. Contohnya, berteriak keras yang mubah di tempat sepi bisa menjadi haram di masjid saat sholat sedang berlangsung.


Perilaku Kerjasama yang Dibolehkan dan Tidak Bertentangan dengan Prinsip Syariah:

Kerjasama dalam Islam sangat dianjurkan, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Berikut beberapa contoh perilaku kerjasama yang dibolehkan:

* Kerjasama dalam kebaikan dan ketaqwaan: Kerjasama dalam beribadah, berdakwah, membantu sesama, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.

* Kerjasama ekonomi yang halal: Kerjasama dalam berbisnis, berdagang, dan usaha lainnya selama sesuai dengan prinsip syariah (tidak melibatkan riba, gharar, maysir, dan hal-hal haram lainnya).

* Kerjasama dalam bidang sosial: Kerjasama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti membantu korban bencana, membangun fasilitas umum, dan kegiatan amal lainnya.

* Kerjasama dalam bidang pendidikan: Kerjasama dalam menuntut ilmu, mengajar, dan menyebarkan pengetahuan.

Perilaku kerjasama yang tidak dibolehkan dan bertentangan dengan prinsip syariah antara lain:

* Kerjasama dalam kemaksiatan: Kerjasama dalam melakukan perbuatan haram, seperti berjudi, minum minuman keras, berzina, dan lain sebagainya.

* Kerjasama yang melibatkan penipuan dan pengkhianatan: Kerjasama yang didasarkan pada ketidakjujuran dan merugikan pihak lain.

* Kerjasama yang melanggar hak orang lain: Kerjasama yang merugikan hak milik, hak asasi, atau hak lainnya.


Intinya, kerjasama dalam Islam harus didasarkan pada prinsip keadilan, kejujuran, dan manfaat bersama, serta tidak bertentangan dengan hukum-hukum syariat. Jika terdapat keraguan mengenai hukum suatu perbuatan, maka lebih baik untuk menghindari perbuatan tersebut demi menjaga kehati-hatian dan ketaatan kepada Allah SWT.