7. Jelaskan teori speech acts oleh J.L. Austin dan John Searle. Bagaimana teori ini membedakan antara locutionary.illocutionary, dan perlocutionary acts?

Teori *speech acts* (tindakan tutur) yang dikembangkan oleh J.L. Austin dan kemudian disempurnakan oleh John Searle, berargumen bahwa berbicara bukanlah sekadar menyampaikan informasi, melainkan juga melakukan hal-hal. Dengan kata lain, ucapan kita memiliki kekuatan performatif. Teori ini menganalisis bagaimana ucapan dapat berfungsi sebagai tindakan, bukan hanya sebagai deskripsi.

Austin, dalam karyanya *How to Do Things with Words*, awalnya mengidentifikasi tiga aspek tindakan tutur:

1. Locutionary act (tindakan ujaran): Ini adalah tindakan mengucapkan kata-kata tertentu dengan arti literalnya. Ini adalah aspek fisik dan semantik dari ucapan. Contoh: Mengucapkan kalimat "Saya berjanji akan datang." Ini hanya menggambarkan tindakan mengucapkan kalimat tersebut.

2. Illocutionary act (tindakan yang dilakukan melalui ujaran): Ini adalah tindakan yang dilakukan *melalui* ucapan. Ini adalah maksud atau tujuan pembicara dalam mengucapkan kalimat tersebut. Ini merupakan inti dari teori *speech acts*. Dalam contoh di atas, *illocutionary act*-nya adalah berjanji. Ucapan tersebut bukan hanya pernyataan, tetapi juga tindakan berjanji. Jenis *illocutionary act* beragam, termasuk pernyataan, pertanyaan, perintah, janji, permintaan maaf, dan lain-lain.

3. Perlocutionary act (tindakan akibat ujaran): Ini adalah efek atau konsekuensi dari ucapan pada pendengar. Ini adalah dampak yang ditimbulkan oleh ucapan tersebut. Dalam contoh "Saya berjanji akan datang," *perlocutionary act*-nya bisa berupa pendengar merasa tenang karena yakin akan kedatangan pembicara, atau mungkin pendengar merasa skeptis. *Perlocutionary act* bergantung pada konteks dan respon pendengar. Ini merupakan efek yang tidak selalu tercapai atau terduga.


Searle kemudian mengembangkan dan menyempurnakan teori Austin dengan mengklasifikasikan *illocutionary acts* ke dalam beberapa kategori berdasarkan tujuan dan kondisi keberhasilannya. Klasifikasi Searle lebih sistematis dan mencakup:

* Representatives (Pernyataan): Ucapan yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan dunia, seperti pernyataan, deskripsi, dan kesimpulan. Contoh: "Matahari terbit di timur."

* Directives (Perintah): Ucapan yang bertujuan untuk membuat pendengar melakukan sesuatu, seperti perintah, permintaan, dan undangan. Contoh: "Tutup pintunya!"

* Commissives (Janji): Ucapan yang bertujuan untuk berkomitmen pembicara pada tindakan di masa depan, seperti janji, sumpah, dan tawaran. Contoh: "Saya akan membantu Anda."

* Expressives (Ungkapan): Ucapan yang bertujuan untuk mengungkapkan sikap mental pembicara, seperti ucapan terima kasih, permintaan maaf, dan selamat. Contoh: "Terima kasih atas bantuan Anda."

* Declaratives (Deklarasi): Ucapan yang bertujuan untuk mengubah keadaan dunia melalui ucapan itu sendiri, seperti deklarasi perang, penunjukan, dan pernikahan. Contoh: "Saya menyatakan sidang ini ditutup."


Perbedaan utama antara ketiga aspek tindakan tutur terletak pada fokusnya: *locutionary act* pada ucapan itu sendiri, *illocutionary act* pada maksud pembicara, dan *perlocutionary act* pada efek ucapan pada pendengar. Ketiga aspek ini saling berkaitan dan membentuk tindakan tutur yang lengkap. Pemahaman tentang teori *speech acts* penting untuk menganalisis komunikasi secara efektif, karena menunjukkan bahwa makna suatu ucapan tidak hanya terletak pada kata-katanya, tetapi juga pada konteks, maksud pembicara, dan dampaknya pada pendengar.