Soal Kasus: Salah satu praktek pajak yang dianggap membahayakan adalah Tax Avoidance. Beberapa skema yang dapat dilakukan dalam Tox Avoidance antara lain pemanfaatan Tox Haven Country. Misalkan penghasilan netto sebesar Rp. 1.000.000 .000. Berdasarkan ketentuan domestik negara B tarif pajak 15% , akan menghasilkan beban pajak sebesar Rp. 150.000.000,00 Berdasarkan ketentuan domestic negara A tarip pajak 30% dengan ambang batas negara dikatakan sebagai negara tax haven, jika pajak yang dipungut kurang dari 75% dari pajak terhutang secara domestik Ketentuan Negara C menetapkan bahwa tarip pajak sebesar 25% dengan ambang batas Tax Haven sebesar 40% dari pajak terutang secara domestic. Dari data tersebut, anda diminta untuk menganalisis apakah negara B merupakan Tax Haven Country dari sudut pandang Negara A dan sudut pandang Negara B Jelaskan pendapat anda (sertakan perhitungan nya)

Question

Pertanyaan

Soal Kasus: Salah satu praktek pajak yang dianggap membahayakan adalah Tax Avoidance. Beberapa skema yang dapat dilakukan dalam Tox Avoidance antara lain pemanfaatan Tox Haven Country. Misalkan penghasilan netto sebesar Rp. 1.000.000 .000. Berdasarkan ketentuan domestik negara B tarif pajak 15% , akan menghasilkan beban pajak sebesar Rp. 150.000.000,00 Berdasarkan ketentuan domestic negara A tarip pajak 30% dengan ambang batas negara dikatakan sebagai negara tax haven, jika pajak yang dipungut kurang dari 75% dari pajak terhutang secara domestik Ketentuan Negara C menetapkan bahwa tarip pajak sebesar 25% dengan ambang batas Tax Haven sebesar 40% dari pajak terutang secara domestic. Dari data tersebut, anda diminta untuk menganalisis apakah negara B merupakan Tax Haven Country dari sudut pandang Negara A dan sudut pandang Negara B Jelaskan pendapat anda (sertakan perhitungan nya)

Tampilkan lebih banyak

Answer 1

**

Dari sudut pandang negara A, negara B merupakan Tax Haven Country karena pajak yang dipungut di negara B (15%) kurang dari 75% dari pajak terhutang secara domestik di negara A (30%). Namun, dari sudut pandang negara B, negara B bukan Tax Haven Country karena pajak yang dipungut (15%) lebih besar dari ambang batas Tax Haven (40%).

Answer 2

Untuk menganalisis apakah negara B merupakan Tax Haven Country dari sudut pandang negara A dan negara B, kita perlu membandingkan tarif pajak dan persentase pajak yang dipungut.

1. Dari Sudut Pandang Negara A:
- Tarif pajak di negara A adalah 30%.
- Pajak yang dipungut di negara B adalah 15% dari penghasilan netto Rp. 1.000.000.000, yaitu Rp. 150.000.000.
- Menurut ketentuan negara A, sebuah negara dikatakan sebagai Tax Haven jika pajak yang dipungut kurang dari 75% dari pajak terhutang secara domestik.
- Pajak terhutang secara domestik di negara A adalah 30% dari Rp. 1.000.000.000, yaitu Rp. 300.000.000.
- Pajak yang dipungut di negara B adalah 50% dari pajak terhutang secara domestik (Rp. 150.000.000 / Rp. 300.000.000 = 0.5 atau 50%).

Karena 50% < 75%, maka dari sudut pandang negara A, negara B adalah Tax Haven Country.

2. Dari Sudut Pandang Negara B:
- Tarif pajak di negara B adalah 15%.
- Pajak yang dipungut di negara B adalah Rp. 150.000.000.
- Ambang batas Tax Haven di negara B adalah 40% dari pajak terhutang secara domestik.
- Pajak terhutang secara domestik di negara B adalah 15% dari Rp. 1.000.000.000, yaitu Rp. 150.000.000.
- Ambang batas Tax Haven di negara B adalah 40% dari Rp. 150.000.000, yaitu Rp. 60.000.000.

Karena Rp. 150.000.000 > Rp. 60.000.000, maka dari sudut pandang negara B, negara B bukan Tax Haven Country.

Pertanyaan

Jawaban

Penjelasan

Pertanyaan Panas lebih