1. Tuliskanlah ayat Al-Qur'an yang menjadi dasar dibolehkannya koperasi syariah! 2. Jelaskan ketentuan umum dari asuransi syariah berdasarkan regulasi yang berlaku di Indonesia! 3. Bagaimana hukumnya jika transaksi perbankan mengandung unsur riba? Jelaskan disertai argumentasinya!

Berikut jawaban atas pertanyaan Anda:

1. Ayat Al-Qur'an yang menjadi dasar dibolehkannya koperasi syariah:

Tidak ada satu ayat Al-Qur'an yang secara spesifik menyebutkan tentang koperasi syariah. Konsep koperasi syariah berlandaskan pada beberapa prinsip dan ajaran Islam yang tersebar dalam berbagai ayat Al-Qur'an dan hadits. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: kepemilikan bersama (musyarakah), kerja sama (ta'awun), keadilan (adl), larangan riba, dan kejujuran (amanah). Ayat-ayat yang relevan dan mendukung prinsip-prinsip tersebut, misalnya:

* QS. Al-Maidah (5): 2: "...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Ayat ini menekankan pentingnya kerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan, yang merupakan dasar dari koperasi syariah).

* QS. An-Nisa (4): 29: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu." (Ayat ini menekankan pentingnya transaksi yang adil dan suka sama suka, yang menjadi prinsip dalam koperasi syariah).

* QS. Ar-Rum (30): 38): "Dan janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, dan janganlah kamu menyuap hakim-hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta orang lain dengan dosa, padahal kamu mengetahui." (Ayat ini melarang segala bentuk ketidakadilan dan penipuan dalam transaksi, yang juga relevan dengan prinsip koperasi syariah).


Kesimpulannya, kebolehan koperasi syariah didasarkan pada interpretasi dan penggabungan beberapa prinsip ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits, bukan pada satu ayat tunggal.


2. Ketentuan Umum Asuransi Syariah di Indonesia:

Ketentuan umum asuransi syariah di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan peraturan pelaksanaannya. Secara umum, asuransi syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam, seperti:

* Prinsip Tabarru' (tolong-menolong): Asuransi syariah didasarkan pada prinsip tolong-menolong di antara sesama anggota, bukan semata-mata transaksi bisnis. Peserta membayar kontribusi (iuran) untuk membantu sesama anggota yang mengalami musibah.

* Prinsip Takaful (jaminan bersama): Risiko ditanggung bersama oleh seluruh peserta asuransi. Keuntungan dan kerugian dibagi secara adil di antara mereka.

* Prinsip Mudharabah (bagi hasil): Beberapa jenis asuransi syariah menerapkan prinsip bagi hasil antara peserta dan perusahaan asuransi. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan yang telah disetujui.

* Larangan Riba, Gharar (ketidakpastian), dan Maisir (judi): Asuransi syariah harus bebas dari unsur riba, gharar, dan maisir. Kontrak asuransi harus jelas dan transparan, menghindari unsur ketidakpastian yang tinggi.

* Penerapan Prinsip Syariah: Semua kegiatan operasional perusahaan asuransi syariah harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).


3. Hukum Transaksi Perbankan yang Mengandung Unsur Riba:

Hukum transaksi perbankan yang mengandung unsur riba adalah haram (tidak diperbolehkan) dalam Islam. Argumentasinya bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits:

* Al-Qur'an (QS. Al-Baqarah 2:275): Ayat ini secara tegas melarang riba. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."

* Hadits: Banyak hadits Nabi Muhammad SAW yang melaknat orang yang memakan riba, pemberi riba, penulis riba, dan dua saksi riba.

Riba dalam konteks perbankan modern dapat berupa bunga (interest) yang dikenakan pada pinjaman. Bunga ini merupakan tambahan pembayaran di luar pokok pinjaman yang tidak didasarkan pada keuntungan atau kerugian usaha. Ini dianggap sebagai riba karena adanya unsur ketidakadilan dan eksploitasi. Bank syariah hadir sebagai alternatif yang menawarkan produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, menghindari unsur riba dengan mengganti sistem bunga dengan sistem bagi hasil (profit sharing) atau sistem lainnya yang sesuai syariah.


Semoga jawaban ini bermanfaat. Ingatlah bahwa pemahaman dan penerapan hukum Islam dapat bervariasi tergantung pada mazhab dan interpretasi. Untuk pemahaman yang lebih mendalam, konsultasikan dengan ahli agama Islam.