1. Seorang warga negara Singa pura yang mempunyai domisili di Jakarta, kemudian m eninggal dunia dengan meninggalkan sejumlah harta berg erak di Jakarta tanpa ada surat wasiat. Berd asarkan contoh kasus di atas, Imenurut ana lisis Anda ad akah proses renvoi pada ka sus in an pula hukum yang bagi peristiwa

Kasus ini melibatkan unsur-unsur hukum waris internasional, khususnya mengenai kompetensi pengadilan dan penerapan hukum mana yang berlaku. Proses *renvoi* mungkin relevan, tetapi tidak otomatis terjadi. Mari kita analisis:

Permasalahan Utama: Warga negara Singapura meninggal di Jakarta, meninggalkan harta bergerak di Jakarta tanpa surat wasiat (meninggal *intestate*). Pertanyaan utamanya adalah: hukum negara mana yang akan mengatur pembagian harta warisan tersebut?

Hukum Indonesia: Hukum Indonesia kemungkinan akan menjadi titik awal. Indonesia memiliki aturan hukum waris sendiri yang mengatur pembagian harta warisan bagi mereka yang meninggal di wilayah Indonesia, terlepas dari kewarganegaraan mereka. Pengadilan Indonesia mungkin akan memiliki yurisdiksi *prima facie* atas harta bergerak yang berada di wilayahnya.

Konsep Renvoi: *Renvoi* adalah situasi di mana hukum suatu negara merujuk pada hukum negara lain, dan hukum negara kedua kemudian merujuk kembali pada hukum negara pertama. Ini menciptakan lingkaran rujukan.

Apakah Terjadi Renvoi? Kemungkinan terjadinya *renvoi* bergantung pada bagaimana hukum Indonesia dan hukum Singapura mengatur konflik hukum dalam kasus warisan *intestate*.

* Skenario 1 (Tidak terjadi Renvoi): Hukum Indonesia mungkin memiliki aturan yang secara eksplisit menyatakan bahwa hukum tempat harta bergerak berada (lex situs) akan mengatur pembagian harta warisan, terlepas dari kewarganegaraan pewaris. Dalam hal ini, hukum Indonesia akan diterapkan secara langsung, dan tidak ada *renvoi*.

* Skenario 2 (Terjadi Renvoi): Hukum Indonesia mungkin merujuk pada hukum kewarganegaraan pewaris (lex patriae) untuk menentukan hukum waris yang berlaku. Dalam kasus ini, hukum Indonesia akan merujuk pada hukum Singapura. Jika hukum Singapura kemudian merujuk kembali pada hukum tempat harta bergerak berada (lex situs – yaitu Indonesia), maka terjadilah *renvoi*.

Kesimpulan: Tanpa mengetahui secara pasti isi hukum waris Indonesia dan Singapura mengenai konflik hukum dalam kasus *intestate*, kita tidak dapat secara pasti menentukan apakah akan terjadi *renvoi*. Analisis yang lebih mendalam membutuhkan kajian terhadap peraturan perundang-undangan kedua negara tersebut. Kemungkinan besar, pengadilan Indonesia akan menjadi pengadilan yang berwenang, tetapi hukum mana yang akan diterapkan (hukum Indonesia atau hukum Singapura, atau bahkan terjadi *renvoi*) bergantung pada aturan konflik hukum yang terdapat dalam kedua sistem hukum tersebut.