4. Sebutkan gejala klinis dan perlakuan karkas pada ternak yang terkena penyakit aktinomikosis Ujian Akhir S emester Pe ngantar IIm u Pen yakit H ewan Besa r (D-3)12

Gejala Klinis dan Perlakuan Karkas pada Ternak yang Terkena Aktinomikosis

Aktinomikosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri *Actinomyces bovis*. Penyakit ini terutama menyerang ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba, meskipun dapat juga menyerang hewan lain termasuk manusia. Gejala klinis dan perlakuan karkasnya berbeda tergantung lokasi infeksi.

Gejala Klinis:

Gejala klinis aktinomikosis bervariasi tergantung lokasi infeksi, namun umumnya ditandai dengan:

* Infeksi di daerah kepala dan leher: Ini merupakan lokasi yang paling umum. Gejala meliputi pembengkakan keras dan tidak nyeri di rahang bawah, lidah, atau daerah sekitar mulut. Pembengkakan ini dapat disertai dengan pembentukan fistula (saluran abnormal) yang mengeluarkan nanah kental berwarna kuning-putih yang mengandung *sulfur granules* (granula kecil berwarna kuning yang merupakan koloni bakteri *Actinomyces bovis*). Terdapat juga kemungkinan terjadinya kerusakan tulang rahang.
* Infeksi di organ dalam: Lebih jarang terjadi, tetapi dapat melibatkan paru-paru, usus, atau organ lainnya. Gejala bervariasi tergantung organ yang terinfeksi, misalnya batuk kronis jika paru-paru terinfeksi, atau diare dan kolik jika usus terinfeksi.
* Gejala umum: Ternak mungkin menunjukkan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam ringan.


Perlakuan Karkas:

Perlakuan karkas ternak yang terkena aktinomikosis bergantung pada tingkat keparahan infeksi dan lokasi lesi. Pertimbangan utama adalah keamanan pangan dan pencegahan penyebaran penyakit.

* Infeksi lokal (misalnya, di rahang): Jika lesi terbatas pada daerah tertentu dan tidak melibatkan organ vital, karkas mungkin masih dapat digunakan untuk konsumsi setelah bagian yang terinfeksi dibuang. Pembuangan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi bagian karkas lainnya. Area yang terinfeksi harus dipotong dengan margin yang cukup luas untuk memastikan seluruh jaringan yang terinfeksi telah dihilangkan.
* Infeksi sistemik (melibatkan organ vital): Jika infeksi telah menyebar ke organ vital seperti hati, paru-paru, atau limpa, karkas biasanya dinyatakan tidak layak konsumsi dan harus dimusnahkan untuk mencegah penyebaran penyakit. Pemusnahan dapat dilakukan melalui pembakaran atau penguburan yang sesuai dengan peraturan setempat.
* Inspeksi post-mortem: Pemeriksaan karkas secara menyeluruh selama inspeksi post-mortem sangat penting untuk mendeteksi lesi aktinomikosis. Veteriner akan mengevaluasi tingkat keparahan infeksi dan menentukan tindakan yang tepat.


Catatan: Keputusan akhir mengenai kelayakan karkas untuk konsumsi harus dilakukan oleh petugas kesehatan hewan yang berkualifikasi. Peraturan mengenai penanganan karkas yang terinfeksi aktinomikosis dapat bervariasi antar negara dan wilayah. Penting untuk mematuhi peraturan dan pedoman setempat.