Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dipakai waktu proses hidrasi. Jelaskan pengaruh penggunaan air yang berlebihan dan apabila kurang air dalam adukan betonnya.

Kekuatan semen yang telah mengeras sangat dipengaruhi oleh rasio air-semen (W/C ratio) dalam adukan beton. Rasio ini menentukan jumlah air yang digunakan relatif terhadap jumlah semen. Penggunaan air yang berlebihan atau kekurangan air akan berdampak negatif pada kekuatan dan sifat-sifat beton yang dihasilkan.

Pengaruh Penggunaan Air yang Berlebihan:

* Kekuatan tekan yang rendah: Air yang berlebihan menyebabkan pori-pori yang lebih besar dan lebih banyak dalam matriks semen yang telah mengeras. Pori-pori ini mengurangi kepadatan beton dan melemahkan ikatan antar partikel semen. Akibatnya, kekuatan tekan beton akan jauh lebih rendah daripada yang seharusnya.

* Ketahanan terhadap pembekuan-pencairan yang rendah: Pori-pori yang besar dan banyak dapat menyerap air lebih banyak, sehingga beton lebih rentan terhadap kerusakan akibat siklus pembekuan dan pencairan. Air yang membeku di dalam pori-pori akan mengembang dan menyebabkan retak-retak mikro, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan struktural.

* Ketahanan terhadap serangan kimia yang rendah: Pori-pori yang besar memudahkan masuknya air dan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan korosi pada tulangan baja dan degradasi beton.

* Susut yang tinggi: Beton dengan rasio W/C tinggi akan mengalami susut yang lebih besar saat mengering, karena adanya lebih banyak air yang harus menguap. Susut yang tinggi dapat menyebabkan retak-retak pada permukaan beton.

* Workability yang tinggi (mudah dikerjakan) tetapi kualitas rendah: Meskipun air yang berlebihan membuat beton lebih mudah dikerjakan dan dipoles, hal ini tidak sebanding dengan penurunan kualitas dan kekuatan beton yang dihasilkan.


Pengaruh Penggunaan Air yang Kurang:

* Kekuatan tekan yang rendah (paradoks): Meskipun mungkin tampak kontradiktif, kekurangan air juga dapat menyebabkan kekuatan tekan yang rendah. Hal ini karena kurangnya air dapat menghambat proses hidrasi semen secara sempurna. Campuran beton akan menjadi kaku dan sulit dipadatkan, sehingga menghasilkan banyak rongga udara yang mengurangi kekuatan beton.

* Workability yang rendah (sulit dikerjakan): Adukan beton akan menjadi kering, kaku, dan sulit untuk dipadatkan dan dibentuk. Hal ini dapat menyebabkan segregasi (pemisahan agregat dan semen) dan bleeding (permukaan beton menjadi basah karena air naik ke permukaan).

* Retak-retak: Kekurangan air dapat menyebabkan retak-retak pada beton karena susut yang tinggi selama proses pengerasan.

* Permukaan yang kasar dan tidak rata: Karena kesulitan dalam pemadatan, permukaan beton akan menjadi kasar dan tidak rata.


Kesimpulannya, rasio air-semen yang tepat sangat penting untuk mendapatkan beton dengan kekuatan dan ketahanan yang optimal. Penggunaan air harus dikontrol dengan cermat untuk mencapai keseimbangan antara workability dan kekuatan beton. Penggunaan campuran beton yang tepat dan metode pemadatan yang baik juga sangat penting untuk memastikan kualitas beton yang dihasilkan.