Mengapa Perlu Ada Pelajar jgerak? Menurut data yang dirilis Sistem Informasi Online Perindungan Perempuan dan Anak (SIMFON -PPA), sejak Januari sampai dengan Februan 2024 jumlah kasus kekerasan terhadap anak telah mencapai 1.993. Jumlah tersebut dapat terus meningkat, terutama jika dibandingkan dengan kasus kekerasan yang terjadi pada tahun 2023. Menurut Komisi Nasional Perindungan Anak (Komnas PA), sepanjang tahun 2023 terdapat 3.547 aduan kasus kekerasan terhadap anak. Sementara menurut Komisi Pertindungan Anak Indonesia (KPN), dan Januani sampai Agustus 2023 terdapat 2355 kasus pelanggaral terhadap pelindungan anak. Dari jumlah tersebut, 881 kasus terjadi di lingkup satuan pendidikan. Dengan perincian, anak sebagai korban dari kasus kekerasan seksual sebanyak 487 kasus, korban kekerasan fisik dan/atau psikis 236 kasus, korban bullying 87 kasus. korban pemenuhan tasilitas pendidikan 27 kasus, korban kebijakan 24 kasus. Sementara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (Kementerian PPPA) menyebutkan bahwa pada tahun 2023, telah terjadi 2.325 kasus kekerasan fisik terhadap anak (sumber: Pusat Analisis Keparlemenar Badan Keahlian Setien DPR RII Angka putus sekolah terus menjadi masalah yang Data BPS 2023 menunjukkan bahwa tingkat putus sekolah teleh menurun secara persentase menjadi 0,13 persen (SD), 1,06 persen (SMP), dan 1 ,38 persen (SMA). Namun, angka-angka ini bervariasi secara numerik . Dari data ini, kita dapat mengetahui bahwa setidaknya 31.246 orang telah meninggalkan sekolah dalam kategori SD, 105.659 orang dalam kategori SMP, dan 73388 orang dalam kategori SMA. Pada tahun 2023, data Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pustalin) mencatat angka yang jauh lebih buruk daripada tahun 2021. Paling tidak, pada tahun 2021, 38.116 siswa SD dan 15.042 siswa SMP meninggalkan sekolah Sementara itu, hanya 22 .085 orang yang bersekolah di SMA/SMKK . (sumber: detik .com) Sepanjang tahun 2024, siswa Indonesia mengumpulkan total 399 prestasi internasional, tormasuk medali dan penghargaan di berbagai bidang. Perolehan medel meliputi ajang seperti ASEAN University Games (296 medali), WorldSkills Competition International Geography Olympiad, dan banyak lagi. Prestasi ini terdiri dari berbagai kategori medali: emas, perak, perunggu, senta honorable mention, menunjukkan prestas luar biasa dan kontribusi siswa Indonesia di kancah global. (sumber. delik.com)

Data yang Anda berikan menunjukkan adanya kontras yang signifikan antara potensi anak Indonesia dan realita yang mereka hadapi. Di satu sisi, anak Indonesia menunjukkan prestasi internasional yang luar biasa, mengumpulkan 399 penghargaan di berbagai bidang. Di sisi lain, angka kekerasan terhadap anak dan angka putus sekolah masih sangat mengkhawatirkan.Perlunya pelajar bergerak (dalam konteks ini, saya asumsikan maksudnya adalah gerakan atau advokasi untuk perlindungan anak dan peningkatan kualitas pendidikan) didorong oleh beberapa faktor penting yang terlihat dari data tersebut:* **Tingginya Angka Kekerasan terhadap Anak:** Ribuan kasus kekerasan terhadap anak dilaporkan setiap tahun, baik kekerasan fisik, psikis, seksual, maupun bullying. Angka ini menunjukkan perlunya upaya serius untuk melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan dan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Gerakan pelajar dapat berperan dalam advokasi, edukasi, dan pencegahan kekerasan.* **Angka Putus Sekolah yang Tinggi:** Meskipun persentase putus sekolah menurun, jumlah siswa yang putus sekolah masih sangat besar. Faktor-faktor ekonomi, sosial, dan bahkan kekerasan dapat menjadi penyebabnya. Gerakan pelajar dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi akar masalah ini, serta memberikan dukungan kepada siswa yang berisiko putus sekolah.* **Disparitas antara Prestasi dan Realita:** Kontras antara prestasi internasional anak Indonesia dan masalah kekerasan serta putus sekolah menunjukkan adanya potensi yang belum tergali secara optimal. Gerakan pelajar dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan potensi anak secara maksimal, sehingga prestasi mereka dapat terus meningkat.* **Perlu Advokasi dan Perubahan Sistemik:** Data yang ada menunjukkan perlunya perubahan sistemik dalam sistem pendidikan dan perlindungan anak. Gerakan pelajar dapat menjadi penggerak perubahan ini dengan melakukan advokasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, perlindungan anak, dan penegakan hukum.Dengan demikian, gerakan pelajar sangat penting untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk berkembang secara optimal, terbebas dari kekerasan, dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Gerakan ini dapat berupa berbagai bentuk aktivitas, seperti kampanye kesadaran, advokasi kebijakan, penyediaan dukungan bagi korban kekerasan, dan program mentoring bagi siswa yang berisiko putus sekolah.