Anda adalah seorang pegawai di instansi pemerintahan yang memiliki otoritas untuk memberikan atau menolak lain usaha. Dengan otoritas yang Anda miliki, banyak pengusaha yang mendekati Anda dengan maksud memperlancar proses perizinan Mereka melakukan berbagai upaya seperti menawarkan hadiah, uang, dsb. Sementara disisi lain, gaji dan tunjangan yang Anda terima secara resmi setiap bulannya sangat kecil, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Anda Bagaimana isikap Anda dalam menghadapi situasi tersebut? Apa alasannya sertakan dalil yang mendasarinya!

1. Alasan harus fokus menjunjung prinsip integritas dan kredibilitas professional.2. Prinsip profesional dan moral menjunjung nilai keadilan dan nilai kebenaran di dalam menyelesaikan proses pekerjaan pada masing stdie pekerjaan, termuat secara hukum juga.3. Undang-Undang Melawan Korupsi No. 30 Tahun 2002 rangkap angka 4563. Ayat Al-Qur·an surat Al-Baqra ayat 188

Berikut adalah pandangan yang harus diterapkan saat menghadapi situasi diatas :1. Menolak tawaran tersebut, karena menyerahkan hak publik untuk kepentingan pribadi termasuk dalam definisi korupsi. Selain itu, menerima tawaran dari mitra bisnis atau pengusaha juga dapat merusak integritas profesi dan merusak reputasi instansi pemerintahan Anda. 2. Prinsip yang mendasarinya adalah menjunjung tinggi "Kode Etik Profesional": Profesional pada suatu posisi yang memiliki otoritas harus mengedepankan integritas pribadi dan professionalisme dalam menjalankan tugasnya, salah satu aspek penting adalah menolak gratifikasi apapun demi mempertahankan kredibilitas dan reputasi baik mereka dan instansi mereka.3. Dalil particulernya rangkap angka 456 dalam seri prinsip 'Undang-Undang Melawan Korupsi No. 30 Tahun 2002,' di mana tercantum bahwa gratifikasi perseptif dilarang oleh undang-undang.4. Dalam konteks keagamaan, dalam ajaran agama Islam Al-Qur·an surat Al-Baqra ayat 188, sudah dengan jelas larangan Allah " Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui ". Kelakuan diri dalam maksud mempengaruhi untuk mencapai perlakuan yang tidak adil, pegawai harus mewartakan prinsip kebenaran dan ketepatan dengan ajaran ini, meski pahala yang sangat menggiurkan itu nampak.