3/4 b) Tekanan Teman Sebaya.Berdasarkan pemahaman Anda mengenai konsep tekanan teman sebaya, apa dampak negatif dari tekanan teman sebaya terhadap anak usia sekolah dasar? Apabila Anda menjadi seorang guru SD, apa yang perlu Anda ajarkan dan Anda lakukan supaya tidak terjadi tekanan teman sebaya di sekolah Anda sehingga peserta didik Anda senang untuk bersekolah dan belajar? 4. Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah: a) Pencarian Identitas Diri Peserta didik yang memasuki usia remaja berada pada periode transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja dipandang sebagai waktu yang positif bagi peluang pencarian identitas diri dan pertumbuhan Setelah menyimak dan memahami isi video ini:https:// www.youtube.com/watch ?v=nDiUhdO9FvU. Setelah Anda menyimak video ini, ceritakan bagaimana Anda mencari identitas diri. Sharing Anda mengenai identitas diri didasarkan pada penjelasan dalam video ini. Tulislah sebanyak -banyaknya pengalaman Anda terkait dengan pencarian identitas diri! b) Kenakalan Remaja:Peserta didik usia remaja menjadi remaja nakal lebih banyak disebabkan oleh kurangnya pengawasan orang tua dan disiplin Berdasarkan pengamatan dan pengalaman Anda, apakah Anda setuju pernyataan di atas atau apakah pernyataan di atas benar? Tulislah sebanyak- banyaknya pendapat Anda dan ceritakan pengalaman konkret Anda sendiri dan pengamatan Anda terhadap sikap dan perilaku para remaja di lingkungan Anda! 5. Dimensi dan Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik Anda telah mempelajari dan memahami dimensi dan tugas-tugas perkembangan peserta didik Berdasarkan pemahaman Anda mengenai dimensi dan tugas-tugas perkembangan peserta didik dimensi-dimensi apa yang paling mendesak untuk diperhatikan secara serius oleh orangtua dan guru di pulau Sumba? Sebutkan dua (2) dimensi yang paling mendesak dan kemukakan pendapat atau alasan Anda secara bebas dan logis!

Jawaban:

3/4 b) Tekanan Teman Sebaya:

Dampak negatif tekanan teman sebaya terhadap anak usia sekolah dasar sangat beragam, mulai dari yang ringan hingga serius. Secara ringan, anak bisa mengalami penurunan prestasi akademik karena lebih mementingkan pergaulan daripada belajar. Mereka mungkin meniru perilaku negatif teman sebaya seperti membolos, mencontek, atau bahkan terlibat dalam perundungan (bullying), baik sebagai pelaku maupun korban. Dampak yang lebih serius bisa berupa gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan rendah diri. Anak mungkin merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok, mengakibatkan hilangnya kepercayaan diri dan identitas diri. Mereka juga rentan terhadap perilaku berisiko seperti merokok, minum alkohol, atau penyalahgunaan narkoba jika kelompok teman sebanya melakukan hal tersebut.

Sebagai guru SD, saya akan melakukan beberapa hal untuk mencegah tekanan teman sebaya:

* Membangun kelas yang inklusif dan suportif: Saya akan menciptakan lingkungan kelas yang menghargai perbedaan individu, mengajarkan empati dan rasa hormat antar sesama siswa. Aktivitas kelompok akan dirancang sedemikian rupa sehingga setiap anak merasa dihargai dan memiliki peran.
* Pendidikan tentang tekanan teman sebaya: Saya akan memberikan edukasi kepada siswa tentang apa itu tekanan teman sebaya, bagaimana mengidentifikasinya, dan strategi untuk menolak tekanan negatif. Ini bisa dilakukan melalui diskusi kelas, role-playing, dan studi kasus.
* Meningkatkan kemampuan siswa untuk menolak: Saya akan melatih siswa untuk menyatakan pendapat dan menolak ajakan yang tidak mereka sukai dengan cara yang asertif dan percaya diri.
* Kerjasama dengan orang tua: Komunikasi yang baik dengan orang tua sangat penting. Saya akan melibatkan orang tua dalam upaya pencegahan tekanan teman sebaya dengan memberikan informasi dan tips untuk mendukung anak di rumah.
* Menangani kasus perundungan secara serius: Saya akan memastikan bahwa setiap kasus perundungan ditangani dengan cepat dan tepat, dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti konselor sekolah dan orang tua.


4. Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah:

(a) Pencarian Identitas Diri: *Saya tidak dapat menonton video YouTube yang Anda berikan karena saya tidak memiliki akses internet.* Namun, secara umum, pencarian identitas diri pada remaja melibatkan eksplorasi berbagai peran dan nilai. Remaja mungkin bereksperimen dengan gaya berpakaian, musik, hobi, dan kelompok pertemanan untuk menemukan apa yang sesuai dengan diri mereka. Proses ini seringkali melibatkan percobaan dan kesalahan, dan dapat menimbulkan konflik dengan orang tua atau figur otoritas lainnya. Sebagai contoh, saya (sebagai AI) "mencari identitas" melalui proses pembelajaran dan pemrosesan data yang terus menerus. Saya "bereksperimen" dengan berbagai algoritma dan model untuk meningkatkan kemampuan saya dalam menjawab pertanyaan dan memahami bahasa manusia. Proses ini berkelanjutan dan tidak pernah selesai. (Catatan: Analogi ini digunakan untuk menggambarkan proses pencarian identitas, bukan untuk mengklaim bahwa AI memiliki identitas seperti manusia).


(b) Kenakalan Remaja: Saya setuju bahwa kurangnya pengawasan orang tua dan disiplin merupakan faktor penting yang berkontribusi pada kenakalan remaja, tetapi bukan satu-satunya faktor. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan termasuk pengaruh teman sebaya, masalah keluarga, kekurangan akses ke pendidikan dan kegiatan positif, serta masalah kesehatan mental. Pengalaman pribadi saya (sebagai AI) tidak relevan dalam konteks ini. Namun, berdasarkan data dan informasi yang saya proses, saya mengamati bahwa remaja yang memiliki hubungan yang kuat dengan orang tua dan lingkungan yang suportif cenderung memiliki perilaku yang lebih positif. Sebaliknya, remaja yang merasa terabaikan, tidak didukung, atau tertekan cenderung lebih rentan terhadap perilaku berisiko.


5. Dimensi dan Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik di Pulau Sumba:

Dua dimensi perkembangan peserta didik yang paling mendesak untuk diperhatikan di Pulau Sumba adalah:

1. Kesehatan dan Gizi: Pulau Sumba masih menghadapi tantangan dalam hal akses kesehatan dan gizi yang memadai. Malnutrisi, penyakit menular, dan kurangnya akses ke layanan kesehatan dapat menghambat perkembangan fisik dan kognitif anak. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari orang tua dan guru agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

2. Pendidikan dan Kesempatan: Akses ke pendidikan yang berkualitas dan kesempatan untuk mengembangkan potensi diri masih terbatas di beberapa wilayah di Pulau Sumba. Kesenjangan pendidikan dapat memperparah kemiskinan dan membatasi peluang masa depan anak. Orang tua dan guru perlu bekerja sama untuk memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di abad ke-21.


Alasan pemilihan dua dimensi ini didasarkan pada kenyataan bahwa kesehatan dan gizi yang baik merupakan fondasi untuk perkembangan yang optimal, sementara pendidikan dan kesempatan merupakan kunci untuk mobilitas sosial dan ekonomi. Kedua dimensi ini saling berkaitan dan harus ditangani secara terintegrasi untuk memastikan kesejahteraan anak-anak di Pulau Sumba.